Dakwah Rasul Kepada Bangsa Jin

Suatu ketika, Al-Qamah bertanya kepada Ibnu Mas’ud perihal siapa saja yang telah menemani Rasul untuk menemui bangsa jin (baca: untuk berdakwah). Saat itu, Ibnu Mas’ud menjelaskan bahwa suatu malam, para sahabat pernah tidak melihat Rasulullah saw. Setelah dicari, Rasul tetap tidak kelihatan. Para sahabat pun sangat khawatir. Apalagi, saat itu kaum kafir Quraisy sedang gencar-gencarnya melancarkan tipu muslihat untuk mencelakakan Nabi saw. Mereka mengira, beliau telah diculik kaum kafir Quraisy. Sepanjang malam, para sahabat dilanda kegelisahan dan perasaan yang tidak menentu. Mereka tidak bisa tidur karena menunggu kabar tentang keberadaan Rasulullah. Nabi berdakwah kepada bangsa jin, mungkinkah? Ya, dalam berdakwah, Nabi tidak saja didatangi para jin muslim, tapi juga kerapkali mendatangi tempat jin berkumpul. Menjelang pagi hari, mereka melihat Rasulullah muncul dari arah gua Hira. Melihat kedatangan Rasulullah tersebut, serentak para sahabat sangat lega dan gembira. Mereka kemudian mengabarkan kepada Rasulullah ihwal kegelisahan mereka selama semalam suntuk karena tak melihat beliau. Mereka pun melontarkan kekhawatiran mereka perihal keselamatan Nabi saw dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang mereka perkirakan bakal menimpa Rasul. Mereka merasa bersyukur, karena Nabi yang mereka cintai ternyata tidak mengalami peristiwa seperti yang mereka khawatirkan. Rasul dapat memahami kekhawatiran para sahabatnya itu. Beliau pun kemudian menjelaskan tentang apa sebenarnya yang telah terjadi kepada dirinya, “Sesungguhnya para mubaligh dari bangsa jin telah datang menemuiku. Maka, mereka kudatangi dan kemudian aku membacakan ayat-ayat al-Qur’an untuk mereka.” Untuk meyakinkan para sahabat tentang apa yang beliau katakan, Rasulullah mengajak para sahabat menelusuri jejak beliau. Pada jejak-jejak itu juga terdapat jejak para jin yang berkumpul dan bekas api yang mereka bawa sebagai alat penerangan. Menurut penafsiran Al-Suhaili sebagaimana dilansir Abu Azka Fathin Mazayasyah dan Ummi Alhan Ramadhan M dalam buku Bercinta Dengan Jin, jin yang masuk Islam lewat bacaan ayat-ayat al-Qur’an yang diperdengarkan oleh Rasulullah semula berasal dari agama Yahudi, yaitu pengikut Nabi Musa as. Sementara Ibnu Salam memiliki pandangan yang sama tentang hal itu. Ia menambahkan, peristiwa tersebut berlangsung dalam masa tiga tahun sebelum ia hijrah ke Madinah. Juga sebelum terjadinya peristiwa Isra Mi’raj. Adapun mengenai jumlah jin yang hadir saat itu, menurut Ibnu Ishak, ada tujuh jin saja. Ibnu Hatim menjelaskan secara lebih spesifik lagi. Menurutnya, dari tujuh jin itu, tiga jin berasal dari Haran dan empat jin dari Nashibin. Menurut Al-Tsauri, yang diberitakan oleh Ashim dan bersumber dari Zurr bahwa jin yang hadir itu berjumlah sembilan jin. Sedangkan pendapat Al-Tsauri yang diriwayatkan Ikrimah, jumlahnya melonjak secara fantastis, yaitu dua belas ribu jin. Terlepas mana yang benar dari jumlah-jumlah tersebut; yang jelas, pertemuan Rasulullah saw dengan bangsa jin tiada lain adalah untuk mendakwahkan agama tauhid kepada mereka. Di antara para jin yang pernah ikut mendengarkan dakwah Rasulullah saw tersebut, menurut Ibnu Durair, adalah Syashir, Mashir, Munsyini, Masyie dan Al-Ahqag. Dalam buku Laskar Api: Buku Paling Pintar tentang Jin karya Ruqayyah Yaqubi disebutkan bahwa ada suatu malam yang disebut dengan istilah lailatul jin (malam jin). Artinya, suatu malam di mana Rasulullah mendatangi para jin untuk berdakwah: mengajarkan agama dan memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an. Istilah ini semakin menegaskan bahwa ada hari-hari tertentu di mana Nabi akan mendatangi bangsa jin untuk berdakwah. Tempat jin yang didatangi Rasul untuk berdakwah berbeda-beda: kadang gua, kadang pula pohon besar dan sebagainya. Misalnya, seperti disebutkan Mazayasyah dan Ummi Alhan Ramadhan M, bahwa suatu ketika Allah pernah mendatangkan kepada Nabi sekelompok jin untuk belajar agama kepadanya. Konon, sebuah pohon besar kemudian menawarkan dirinya kepada Nabi sebagai tempat berkumpulnya para jin yang hadir tersebut. Para jin itu pun datang dan lalu belajar agama kepada Nabi. Setelah itu, mereka segera kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan apa yang telah dipelajarinya dari Rasul.

Mengajak Sahabat Dalam dakwahnya kepada bangsa jin, Nabi kerapkali mengajak sahabatnya untuk melihat apa yang dilakukannya tersebut. Menurut Ibnu Mas’ud, suatu malam, Rasulullah saw pernah bersabda kepada para sahabat, “Barangsiapa pada malam ini ingin mengetahui masalah yang berkaitan dengan jin, maka ayo, ikutilah saya.” Ternyata, tak ada seorang pun yang berani menyatakan kesediaannya untuk ikut bersamanya. Biasanya, diamnya para sahabat itu bukan karena mereka takut atau tidak mau mengikuti Nabi saw. Akan tetapi, mereka merasa segan kepadanya. Rasa hormat dan sifat ingin memuliakan Nabi saw yang begitu besar menyebabkan mereka tidak banyak bicara di hadapannya. Pada kesempatan itu, Ibnu Mas’ud memberanikan diri untuk usul kepada Rasulullah. Ia menawarkan diri agar dapat menyertainya. Akhirnya, Rasulullah saw mengajak Ibnu Mas’ud pergi menuju dataran tinggi di kota Mekkah. Setelah sampai, ia membuat garis di tanah dengan menggunakan jari kaki. Ibnu Mas’ud diperintahkan untuk duduk di garis itu. Setelah ia duduk, kemudian Rasulullah saw berjalan menjauh dari tempat Ibnu Mas’ud duduk. Dari kejauhan, Ibnu Mas’ud masih dapat melihat Rasulullah dengan jelas. Ia berhenti di suatu tempat dan kemudian membaca ayat-ayat al-Qur’an. Tak lama kemudian, Ibnu Mas’ud melihat banyak orang mengerumuni Rasulullah saw. Ia tak tahu dari mana arah datangnya mereka itu. Tiba-tiba saja mereka muncul dan mengelilingi Rasulullah saw. Bersamaan dengan itu, Ibnu Mas’ud tidak bisa lagi melihat tubuh Rasulullah dan bacaan al-Qur’an beliau sudah tak dapat didengar olehnya. Ketika penyampaian ayat-ayat al-Qur’an itu telah selesai dibaca Rasulullah, Ibnu Mas’ud melihat orang-orang itu mulai pergi meninggalkan Rasulullah secara bergerombol. Mereka tampak seperti mega yang berarak-arakan di atas langit. Namun, ada satu kelompok lagi yang masih tetap tinggal bersamanya. Rasulullah terlihat masih menyampaikan dakwah kepada sekelompok jin tersebut sampai fajar tiba. Setelah itu, ia menyudahi pertemuan dan kembali mendekat ke arah Ibnu Mas’ud yang masih setia duduk menunggu. Kepada Ibnu Mas’ud, Rasulullah bertanya, “Lihatlah, apakah yang mereka kerjakan?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Ya Rasulullah, begitulah mereka.” Mendengar jawaban Ibnu Mas’ud demikian, Rasulullah kemudian mengambil sebatang tulang dan kotoran. Ia memberikannya kepada para jin yang masih menunggu di situ sebagai bekal mereka. Setelah itu, ia bersabda, yang isinya melarang siapa pun beristinja atau bersuci dengan menggunakan tulang dan kotoran. Pada masa itu, di negeri gurun pasir, tulang hewan dan kotoran acap kali menjadi kering-kerontang. Orang yang kurang hati-hati, bisa jadi akan mengambil salah satunya sebagai alat untuk beristinja setelah membuang hadats besar atau hadats kecil. Padahal, jika air tidak ditemukan, alat yang dibolehkan untuk beristinja adalah batu. Dalam riwayat lainnya dengan sumber yang sama, yaitu dari Ibnu Mas’ud, dikatakan bahwa pada saat itu Ibnu Mas’ud sempat melihat dan mendengar ada jin yang bertanya pada Rasulullah saw, “Siapa yang telah bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah?” Rasul kemudian menunjuk ke arah sebuah pohon yang tumbuh di dekat situ, seraya balik bertanya, “Apakah jika pohon yang berada di dekat kalian itu mau bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, maka kalian akan ikut beriman?” Bersamaan dengan itu, Ibnu Mas’ud melihat tiba-tiba saja pohon itu menggerakkan cabang-cabangnya. Kemudian Rasulullah bersabda kepada pohon itu, “Apakah kamu bersaksi bahwa aku Rasulullah?” Pohon itu lalu mengeluarkan suara sebagai jawaban, “Ya. Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah saw.” Demikian salah satu model dakwah Nabi kepada bangsa jin. Jadi, kadang Nabi mendatangi para jin tersebut di sebuah tempat tertentu, seperti pohon besar, gua, dan sebagainya; dan kadang pula mereka sendiri yang mendatangi Rasul untuk belajar agama. Dalam dakwahnya itu, Nabi juga kadang mengajak sahabatnya dan kadang pula sendirian. Yang jelas, apa yang dilakukan Rasul benar-benar sebuah perjuangan yang sangat berat. Sebab, ia tidak saja berdakwah kepada manusia, tapi juga kepada bangsa jin. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti! Amin.  

sumber : Majalah Hidayah


 
Semoga Bermanfaat ^^ wassalamualaikum. . .

Komentar

Postingan Populer